Jumat, 05 Agustus 2011

Surat Cinta Mujahid: Wahai Calon Istriku, Tegarlah di Tengah Badai

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Kepada calon istriku yang akan mengandung anak-anakku, mendidik mereka dengan tauhid dan akhlak seperti apa yang dicontohkan Rasulullah Sallallahu alihi wasallam dan para penerusnya yang tetap lurus menapaki jalan tauhid dan jihad. Surat ini kutuliskan untukmu agar engkau kelak tidak akan pernah kecewa dan sedih mendapatkan pasangan seperti aku yang penuh dengan kekurangan.
Calon istriku, aku tulis surat ini kepadamu agar engkau lebih mengerti jalan yang akan kita tempuh dan apa yang akan kita tuju sebagai makhluk yang dibebani oleh Allah yang Maha Perkasa di dunia yang tidak kekal ini. Agar kelak kita lebih siap untuk saling memahami, saling mengerti dan mensyukuri setiap apa yang sudah digariskan oleh Allah Ta'ala kepada keluarga kita.
Calon istriku dan calon ibu dari anak-anakku, engkau mungkin sudah tahu jalan apa yang aku tempuh dan kehidupan seperti apa yang aku inginkan. Aku berharap engkau menjadi teman seperjalanan yang menyenangkan dalam dunia ini untuk tetap istiqamah di jalan para Rasul dan para pengikutnya. Selalu menjadikan seruan tauhid sebagai hal yang paling utama dalam hidup dan mengajarkan kepada manusia pentingnya kembali kepada rujukan utama Dien kita, Islam.
Mungkin nanti akan banyak cobaan, kesusahan dan penderitaan dalam mengarungi rumah tangga kita, sebagai manusia mungkin kita akan mengeluh, menangis dan bisa jadi mengutuki nasib. Namun yakinlah semua itu adalah cobaan untuk menjadikan kita manusia paripurna dan mendidik kita untuk tetap tegar di segala cuaca dan keadaan.
Allah berfirman: “Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (Qs Al-Baqarah 155).
....Aku selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjadi yang terbaik dan memenuhi hak-hak sebagai suami. Maka bantulah aku mewujudkan itu walau hanya dengan senyummu...
Calon istriku, bila kelak aku belum bisa membahagiakanmu seperti layaknya para istri lain, maafkanlah aku. Namun aku selalu akan berusaha sekuat tenaga untuk menjadi yang terbaik, memberikan rezeki yang halal walaupun sedikit dan memenuhi hak-hak kepadamu sebagai seorang suami. Maka bantulah aku mewujudkan itu walau hanya dengan senyummu.
Calon istriku, bila suatu saat aku pergi jauh dan lama kembali, jagalah hartaku, belanjakanlah sebagian harta yang ada padamu di jalan Allah dan penuhilah hak-hak saudara seimanmu bila engkau sanggup untuk memenuhinya. Dan jagalah kehormatanku sebagai suamimu, bergaullah dengan para muslimah yang hatinya tertambat ke surga, yang menjaga pandangan di kala sendiri dan bersama orang lain agar aku tenang karena meninggalkan seorang wanita dan seorang ibu yang menjaga apa yang ditinggalkan suaminya.
Calon istriku, engkau tahu aku bukan orang yang sempurna dalam segala hal. Maka bantulah aku menyempurnakannya dengan nasihatmu, kritikanmu dan apa yang bisa menjadikan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya makin bertambah di setiap hari. Jadikan keluarga kita adalah keluarga yang siapa menerima masukan dari siapapun walaupun itu anak kecil. Karena kebenaran dikenali bukan dari siapa yang berbicara tapi apa yang disampaikan.
....Jadikan anak-anak kita kelak seperti singa, yang tak takut membela kebenaran dan selalu tegar di tengah badai...
Yang terakhir calon istriku, jadikan anak-anak kita kelak seperti singa, yang tak takut membela kebenaran, tidak menyerah dengan keadaan dan selalu tegar di tengah badai yang menerpa. Ajarkan kepada mereka menjadi manusia yang marah bila kebenaran dihinakan, ajarkan mereka melawan setiap penindasan kepada siapapun dan didiklah mereka untuk berani berkorban apa saja bahkan nyawa untuk kemuliaan Allah, rasul dan orang-orang beriman.
Mungkin aku terlalu banyak berharap kepadamu, menuntut dirimu dan meminta apa yang mungkin terlalu berat untukmu. Namun percayalah, aku sebagai suami akan berusaha menjadi pendamping yang baik, pendengar setia masukan dan nasihatmu, saling membantu untuk terus taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Suratku ini kutulis dengan segala kelemahanku, segala kekuranganku agar engkau mengerti dengan siapa engkau akan mengarungi hidup ini. Agar engkau tahu bahwa kehidupan rumah tangga tidak selalu madu dan susu. Agar engkau kelak juga tidak menjadi penghalang dalam menunaikan dakwah dan menjadi musuh pertama dalam mengendurkan semangatku untuk berjihad di jalan Allah Azza wajalla.
Sebelum kita bertemu sebagai sepasang suami-istri, mari kita selalu memanjatkan doa yang pernah dibaca oleh pahlawan yang menggetarkan takhta tiran, Sayyid Quthub:
Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta, jagalah cintaku padanya agar tidak melebihi cintaku pada-Mu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati, 
izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,
 agar aku tidak terjatuh dalam jurang cinta jemu.
Ya Rabbi, jika aku jatuh hati, jagalah hatiku padanya agar tidak berpaling dari hati-Mu.
Ya Rabbal Izzat, jika aku rindu,
 rindukanlah aku pada seseorang yang
 merindui syahid di jalan-Mu.
Ya Allah, jika aku rindu,
 jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku 
merindukan surga-Mu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu, janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan indahnya bermunajat 
di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu, jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
Ya Allah Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu, telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah
pada-MU, telah berpadu dalam membela syariat-Mu.
 Kukuhkanlah Ya Allah, 
ikatannya. Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah
 jalan-jalannya. Penuhilah
 hati-hati ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah
 pudar. Lapangkanlah dada-dada 
kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan
 keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Semoga Allah mengabulkan doaku dan doamu dan mempertemukan kita dalam naungan rahmat-Nya dan menjadikan kita pasukan yang setia kepada-Nya.
Dariku calon suamimu,
(dtulis olh akh. Hanif Abdullah)

Selasa, 02 Agustus 2011

Gadis Kecil Itu Telah Tiada, Seolah Ia Ada Untuk Menasihati Kami.. Subhanalloh, Kisah Nyata Yang sangat Menyentuh Hati..

“Mama jangan menangis lagi, Renata khan milik Allah.” Kata-kata ini seketika meluncur begitu saja dari bibir Renata seakan ingin menghapus kesedihan sang Mama.
“Renata, ini obatnya diminum, ada berapa?” tukas sang Papa. “Ada tiga, ” jawab Renata pendek. “Bismillah… Ya Allah, aku adalah milik-Mu dan aku akan kembali kepada-Mu. Sembuhkan aku dengan obat ini, berilah orang tuaku kesabaran dan rizki, “ lanjutnya seraya meminum obatnya.
Tak dinyana, kalimat-kalimat itu adalah ucapan terakhir Renata karena tak berapa lama kemudian ia pun tak sadarkan diri dan melewati hari-hari terakhirnya tanpa kesadaran di ruang PICU R.S. Fatmawati.
Meningitis -radang selaput otak- telah menghampirinya hingga Allah menetapkan maut menjemputnya empat puluh hari kemudian. Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un.

Ucapan terakhir itu seakan menjadi gambaran perjalanan hidup Renata, si gadis kecil itu. Belum hilang dari ingatan sang Mama saat putri kecilnya itu selalu mendampingi dan mengalirkan kalimat-kalimat nasihat.
“Mama, kalau beli ayam hati-hati; harus tanya dulu motongnya pakai bismillah tidak?”
“Mama, kenapa enggak pakai jilbab? Khan wajib.”
“Anjing itu bisa najis kalau terkena jilatannya. Harus dicuci pakai tanah dan air. Orang sebelah harus diingatkan kalau anjingnya main-main ke rumah.”
*****
Kini, gadis kecil itu telah pergi, tak ada lagi kalimat-kalimat indah itu. Tak ada lagi celotehan riangnya saat berangkat mengaji. Bahkan tak ada lagi yang membangunkan orang rumah untuk shalat Shubuh. “Ia terbiasa bangun lebih awal saat adzan berkumandang,” tutur sang Papa.
“Renata ingin lihat Mama pakai jilbab…,”tutur Renata suatu hari sebelum ia tak sadarkan diri.
“Seolah-olah selama ini ia ada untuk mengingatkan dan menasihati kami,” kenang sang Mama.
*****
Wahai Mama, bersabarlah. Yakinlah putrimu ini, dengan izin Allah, akan berbuah pahala bagimu untuk meraih surga yang dijanjikan. Tidakkah engkau ingat bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda: “Benar-benar ada lima hal yang sangat berat takarannya di akhirat kelak, yaitu ucapan Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah, Allahu Akbar dan anak shalih yang meninggal sedang orang tuanya bersabar dan berharap pahala kepada Allah dari musibah itu.” [1]
Wahai Papa, janganlah larut dalam kesedihan. Yakinlah, ini bukan perpisahan abadi bahkan ini adalah awal dari kebersamaan abadi, dengan izin Allah. Bukankah Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menyampaikan: “Bahwa pada hari kiamat anak-anak kecil akan berdiri lalu dikatakan kepada mereka, ”Masuklah ke surga!” Merekapun menjawab,”(Kami akan masuk) jika bapak dan ibu kami masuk juga ke surga.” \\\”…Maka diserukan kepada anak-anak kecil itu, ”Masuklah kalian dan bapak (orang tua) kalian ke surga!” [2
*****
“Ya Allah, Ar-Rahman Ar-Rahim, Engkau telah memberi amanah kepada kami seorang putri, yang kami didik agar menjadi putri sholehah yang bertaqwa kepada-Mu dan kini Engkau telah memanggilnya.
\”Ya Allah, dengan amal kami ini jadikanlah putri kami syafa’at bagi kami. Jadikanlah putri kami ini salah satu dari anak-anak kecil yang menanti orang tuanya di pintu surga untuk masuk bersama-sama. Amin.“
———————————–
Renata Aulia Anjani meninggal di usia 7 tahun pada 26 April 2011 akibat meningitis - radang selaput otak. Renata adalah siswi kelas 1 Madrasah Ibitidaiyah As-Sa\’adatuddarain I Pamulang Tangerang Selatan.
Kisah di atas merupakan penuturan kedua orang tuanya kepada Tim Sahabatku Sehat Al-Sofwa, yang telah melakukan dampingan sejak Renata dirawat di RS.Fatmawati. Semoga Allah merahmatinya dan semoga kisah ini menjadi hikmah bagi kita. Amin.
——–
[1]. HR. An-Nasai, Ibnu Hibban dan Al-Hakim; dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib 2/214 no.2009.
[2]. Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya 28/174 dan dinilai baik oleh Al-Arna\\\’uth. Hadits ini dikuatkan oleh hadits-hadits shahih lain yang semakna oleh Imam Muslim, An-Nasai dan yang lainnya. Lihat Shahih at-Targhib wa at-Tarhib dan juga Fatawa Al-Azhar 8/104. [Depsos al-Sofwa]